Selasa, 10 September 2013

Chauvenisme VS Nasionalisme

Setelah reformasi tahun 1998, berakhirlah era sistem pemerintahan yang menganut sentralisasi, dimana jakarta menjadi pusat pembangunan, pusat kebijakan..

Semenjak itu, pembangunan diserahkan kepada pemerintah daerah, karena mereka lah yang tahu kebutuhan dan potensi yang dimilikinya. Akan tetapi, desentralisasi juga ternyata memiliki efek samping..diantaranya chauvenisme atau sikap kedaerahan yang terlalu tinggi. Contohnya adalah ketika seleksi pegawai, yang diutamakan adalah putra/putri daerah..Atau bila kita bukan dari suku yang sama dengan penduduk asli, kita disebut pendatang..

Padahal selama kita menjadi warga indonesia, kita seharusnya memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja dan mengabdi untuk negara, bukankah kita satu bangsa yaitu Bangsa Indonesia. Sampai kapan kita terjebak dalam sifat kedaerahan yang terlalu tinggi, apakah ini yang diharapkan dari reformasi?

Mungkin bangsa Indonesia hanya bersatu ketika Timnas lawan Timnas Malaysia saja.... Marilah kita lupakan sifat dan sikap chauvenisme ini, kita harus bersatu untuk Indonesia lebih berperan lagi di pentas global... Melestarikan budaya boleh, melestarikan warisan daerah silahkan, tapi Nasionalisme lebih utama



Tidak ada komentar:

Posting Komentar